LIATINI - Gula adalah bahan yang manis, tapi ternyata dampak terhadap tubuh berkebalikan dari rasanya itu. Menurut penelitian terbaru, terlalu banyak gula tidak hanya menyebabkan penambahan berat badan. Ini juga berefek depresi, kecemasan dan stres, wah kok bisa?
"Makan diet tinggi fruktosa yang dilakukan oleh remaja membuat depresi serta kecemasan buruk yang berdampak pada respon otak terhadap stress," jelas para ilmuwan, berdasarkan laporan dari Dailymail, Jumat (22/11).
Fruktosa merupakan gula yang ditemukan secara alami dalam buah-buahan dan sayuran. Frukstosa diesebut juga gula buah Namun, gula ini juga ditambahkan ke makanan dan minuman olahan, seperti dari biskuit dan es krim.
Para ilmuwan nampaknya telah menemukan fruktosa terkait dengan epidemi modern yang serius. Hal itu seperti kanker, penyakit jantung, hipertensi, kerusakan ginjal, diabetes tipe 2 dan bahkan demensia. Kini peneliti mengatakan bahwa ternyata hal itu juga merangsang jalur di otak serta mempengaruhi bagaimana menanggapi stress. Hal ini memiliki efek penting untuk perilaku.
Paparan stress berkepanjangan, dampaknya dapat meningkatkan tekanan darah, menekan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Ini juga berkontribusi terhadap infertilitas dan mempercepat proses penuaan.
Sebagai bagian dari studi ini, penulis utama, Constance Harrell dari Emory University di Atlanta, AS, dan timnya melakukan percobaan dengan tikus dewasa dan remaja. Salah satunya diberi makanan dengan kandungan tinggi fruktosa.
Setelah 10 minggu, paparan stress diberikan seperti memaksa mereka untuk berenang atau menempatkan mereka dalam sebuah labirin tinggi. Tikus-tikus remaja yang mengkonsumsi tinggi fruktosa memiliki respon hormon stres yang berbeda. Itu termasuk memproduksi lebih banyak hormon stres kortisol dibandingkan dengan tikus dewasa. Mereka menunjukkan perilaku depresi dan cemas dalam menanggapi tes.
Di sini, para ilmuwan menemukan bahwa jalur genetik di otak yang memainkan peran penting dalam mengatur cara merespon stres juga diubah sebagai hasil dari diet. Temuan menunjukkan bahwa makan diet tinggi fruktosa sepanjang tahun bagi remaja, dapat memperburuk perilaku depresi. Mereka juga dapat mempengaruhi cara tubuh dan otak merespon stres.
"Hasil penelitian kami menawarkan wawasan baru ke dalam cara di mana diet dapat mengubah kesehatan otak dan dapat menyebabkan implikasi penting untuk nutrisi remaja dan pembangunan," ujar Harrell menyimpulkan.
"Makan diet tinggi fruktosa yang dilakukan oleh remaja membuat depresi serta kecemasan buruk yang berdampak pada respon otak terhadap stress," jelas para ilmuwan, berdasarkan laporan dari Dailymail, Jumat (22/11).
Fruktosa merupakan gula yang ditemukan secara alami dalam buah-buahan dan sayuran. Frukstosa diesebut juga gula buah Namun, gula ini juga ditambahkan ke makanan dan minuman olahan, seperti dari biskuit dan es krim.
Para ilmuwan nampaknya telah menemukan fruktosa terkait dengan epidemi modern yang serius. Hal itu seperti kanker, penyakit jantung, hipertensi, kerusakan ginjal, diabetes tipe 2 dan bahkan demensia. Kini peneliti mengatakan bahwa ternyata hal itu juga merangsang jalur di otak serta mempengaruhi bagaimana menanggapi stress. Hal ini memiliki efek penting untuk perilaku.
Paparan stress berkepanjangan, dampaknya dapat meningkatkan tekanan darah, menekan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Ini juga berkontribusi terhadap infertilitas dan mempercepat proses penuaan.
Sebagai bagian dari studi ini, penulis utama, Constance Harrell dari Emory University di Atlanta, AS, dan timnya melakukan percobaan dengan tikus dewasa dan remaja. Salah satunya diberi makanan dengan kandungan tinggi fruktosa.
Setelah 10 minggu, paparan stress diberikan seperti memaksa mereka untuk berenang atau menempatkan mereka dalam sebuah labirin tinggi. Tikus-tikus remaja yang mengkonsumsi tinggi fruktosa memiliki respon hormon stres yang berbeda. Itu termasuk memproduksi lebih banyak hormon stres kortisol dibandingkan dengan tikus dewasa. Mereka menunjukkan perilaku depresi dan cemas dalam menanggapi tes.
Di sini, para ilmuwan menemukan bahwa jalur genetik di otak yang memainkan peran penting dalam mengatur cara merespon stres juga diubah sebagai hasil dari diet. Temuan menunjukkan bahwa makan diet tinggi fruktosa sepanjang tahun bagi remaja, dapat memperburuk perilaku depresi. Mereka juga dapat mempengaruhi cara tubuh dan otak merespon stres.
"Hasil penelitian kami menawarkan wawasan baru ke dalam cara di mana diet dapat mengubah kesehatan otak dan dapat menyebabkan implikasi penting untuk nutrisi remaja dan pembangunan," ujar Harrell menyimpulkan.
1 komentar
Gula memang jadi banyak masalah, termasuk diabetes. Gula, tak semanis rasanya.
DISKUSIKAN TENTANG KOREA DISINI !
EmoticonEmoticon